Ghirah Kh. Ahmad Dahlan Dalam Gerakan Dakwah Kultural, Haedar Nashir: Muhammadiyah Satu-satunya Organisasi Islam Paling Menyebar Di Berbagai Segmen Sosial Masyarakat
(Foto:
muhammadiyah.or.id)
JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan 1445 H kali ini memang menjadi momentum kembalinya warna dan tradisi bulan penuh kemuliaan ini pasca pandemi Covid-19 yang melanda sebelumnya. Bulan yang paling berlimpah rahmat dari Allah Swt. ini juga menjadi ajang untuk merefleksikan diri terkait hubungan sosial di tengah masyarakat selama ini.
Dilansir dari muhammadiyah.or.id., Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan kepeloporan KH. Ahmad Dahlan sebagai mubalig pertama yang melakukan tabligh di ruang-ruang publik.
Hal tersebut disampaikan dalam Pengajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Senin, (18/3) bertempat di Auditorium KH. Azhar Basyir.
Pada saat itu, Kiai Dahlan juga menghadirkan kajian malam jumat dan Pengajian Malam Selasa (PMS) yang masih aktif sampai sekarang. Dengan menjadikan ruang-ruang publik menjadi mimbar khutbah para mubalig pada kajian tersebut, dakwah kultural Muhammadiyah menjadi lebih mudah dikenal dan menyebar di pelbagai lapisan masyarakat.
“Dari situ tradisi ustaz dan kiai itu menghadiri dan mendatangi jemaah. Lalu lahirlah pengajian-pengajian umum, yang kemudian di tahun 50-an direplikasi menjadi lahirnya masjid-masjid dan musala di tempat-tempat dan lembaga pemerintahan,” sebut Haedar Nashir.
Tidak hanya itu, Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menyebut, Kiai Dahlan juga melakukan kepeloporan dalam pelembagaan amil zakat, dan penyelenggaraan ibadah haji.
Keseriusan dalam bidang tersebut ditunjukkan dengan mengirim Kiai Sudja’ beserta dua muridnya yang lain ke Mekkah untuk melakukan kajian ibadah haji, dari pemberangkatan sampai kepulangan.
Semua gerakan tajdid atau pembaharuan yang ada di Muhammadiyah ini dasarnya sudah diletakkan semua oleh KH Ahmad Dahlan. Sehingga pada 1922 Muhammadiyah sudah menyebar di hampir seluruh banyak pelosok negeri.
“Pergerakan Muhammadiyah di generasi awal lewat cabang-cabang rintisan –kepeloporan melekat dengan kawasan-kawasan entrepreneur,” ungkapnya.
Penyebaran Muhammadiyah tersebut bukan tanpa penolakan dan perlawanan dari kaum tradisional, akan tetapi karena daya jelajah dan radar gerakan Muhammadiyah saat itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka dengan mudah diterima di banyak tempat.
“Maka tidak heran, Muhammadiyah menjadi satu-satunya organisasi Islam yang lahir di awal abad ke 20 yang paling menyebar dan meluas di tanah air dalam berbagai segmen sosial masyarakat,” jelas Guru Besar Ilmu Sosiologi ini.
Kenyataan tersebut merupakan bukti atas gerakan Muhammadiyah yang inklusif, selain itu juga didukung oleh statuten Muhammadiyah. Dalam statuten tersebut terdapat kata kunci menyebarluaskan, memajukan, dan menggembirakan.
Lazismu
DKI Jakarta membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin turut serta dalam
memberikan zakat fitrah dan fidyahnya dapat mengirimkan melalui Bank Muamalat:
3940002379 A/n. Lazismu DKI Jakarta. (*)